Tanjungpinang (eska) – Setahun lebih sejak diresmikan dengan semarak pada 20 Januari 2024 lalu, kawasan kuliner Street Food Bintan Center di Km 9, Kota Tanjungpinang kini tampak seperti kehilangan nyawanya.
Harapan besar yang dulu disematkan pada pusat jajanan ini perlahan memudar, digantikan deretan gerobak kosong dan bangku-bangku tanpa pelanggan.
Pantauan seputarkita.co pada Minggu (13/4/2025) malam, menunjukkan wajah baru yang kontras. Jejeran meja dan keramaian pengunjung yang dulu menjadi ciri khas kawasan ini tak lagi tampak.
Hanya segelintir pedagang yang masih bertahan, sementara deretan gerobak kosong dibiarkan begitu saja, menambah suasana lengang di sepanjang area.
Ari (nama samaran), salah satu pedagang yang masih bertahan, menyebut sepinya pengunjung mulai terasa sejak Idulfitri tahun 2024 lalu.
“Setelah lebaran tahun (2024) kemarin, pelan-pelan pengunjung mulai turun. Sampai sekarang, makin sepi,” ujarnya, kepada seputarkita.co.
Ia mengungkapkan bahwa salah satu penyebab menurunnya kunjungan adalah banyaknya pedagang yang tidak konsisten berjualan.
Beberapa gerobak bahkan sejak awal tidak aktif, membuat pelanggan enggan datang kembali karena tak tahu pasti apakah bisa menemukan makanan yang diinginkan.
“Kalau orang datang satu keluarga, terus lihat yang jual makanan tak buka, jadi orang malas datang lagi,” tuturnya.
Ironisnya, upaya pedagang seperti Ari untuk menghidupkan kawasan ini justru terhambat oleh kebijakan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Tanjungpinang selaku pengelola.
Ia mengaku bersama pedagang lain telah berulang kali menyarankan kepada BUMD Tanjungpinang agar gerobak-gerobak kosong segera dialihkan ke pedagang baru yang lebih serius. Namun, hal itu kandas karena kebijakan sewa yang memberatkan.
BUMD Tanjungpinang, kata dia, mewajibkan pedagang baru membayar uang sewa gerobak sebesar Rp 4,5 juta secara penuh di awal. Padahal, pedagang lama hanya dikenakan biaya sewa sebesar Rp 1 juta per bulan.
“Pedagang baru takut. Belum tahu bisa balik modal atau tidak, tapi sudah diminta bayar Rp 4,5 juta di depan. Makanya mereka mundur,” ucapnya.
Akibatnya, gerobak-gerobak kosong dibiarkan terbengkalai, tanpa ada upaya konkret dari pihak pengelola untuk menciptakan solusi.
“Kalau kondisinya terus begini, saya juga tak lama lagi mungkin akan berhenti jualan di sini,” katanya.
Senada dengan Ari, Usman (nama samaran), pedagang lainnya, menilai BUMD Tanjungpinang gagal menghadirkan terobosan yang bisa menarik minat masyarakat.
Menurutnya, sejak awal kawasan itu beroperasi, nyaris tak ada kegiatan promosi atau event yang digelar di kawasan itu.
“Harusnya ada event setiap akhir pekan, biar orang mau datang. Ini tidak ada sama sekali. Tugasnya cuma pungut uang sewa saja,” sebutnya.
Hingga berita ini disusun, Direktur BUMD Tanjungpinang, Guntoro, belum memberikan tanggapan saat dihubungi melalui nomor ponsel pribadinya.(Zul)
Recent Comments