Jakarta (eska) – Dolar Amerika (AS) kembali menguat, seputarkita.co mencoba mengakses situs https://kursdollar.org/, mencatat dolar Amerika pada hari ini, (10/07/2022) dibuka pada Rp. 14.976,75 atau hampir menembus angka Rp 15.000 per dolar AS.
Selain karena kenaikan suku bunga bank sentral AS (The Fed) yang sangat agresif, isu resesi juga membuat dolar AS menjadi primadona, seperti dilansir dari cnbcindonesia.com
Hal ini membuat para analis memprediksi dolar AS masih akan terus menguat setidaknya dalam 3 bulan ke depan. Tentunya ini menjadi kabar buruk bagi rupiah.
Hasil survei yang dilakukan Reuters pada periode 1 – 6 Juli menunjukkan 37 dari 48 analis analis memperkirakan dolar AS masih akan menguat 3 bulan ke depan. 19 di antaranya memproyeksikan penguatan bisa berlanjut hingga 10 bulan, 10 orang mengatakan 12 bulan.
Bahkan masing-masing 4 analis memperkirakan the greenback bisa menguat setidaknya 1 dan 2 tahun ke depan.
The Fed hingga Juni lalu sudah menaikkan suku bunga sebanyak 3 kali dengan total 150 basis poin menjadi 1,5% – 1,75%.
Bulan ini, bank sentral paling powerful di dunia ini akan kembali menaikkan sebesar 50 – 75 basis poin, dan di akhirnya tahun suku bunga diproyeksikan berada di kisaran 3,25% – 3,5%. Hal ini tentunya menopang penguatan dolar AS.
Belum lagi dengan isu resesi yang semakin santer. Status dolar sebagai aset safe haven dan “menguasai” dunia membuatnya menjadi primadona.
The greenback menjadi mata uang yang paling banyak digunakan dalam perdagangan internasional. Harga aset juga mayoritas dipatok dengan dolar AS.
Berdasarkan data dari Atlantic Council yang mengutip data dari bank sentral AS (Federal Reserve/The) pada periode 1999-2019, penggunaan dolar AS dalam transaksi internasional di wilayah Amerika Utara dan Selatan mencapai 96,4%. Kemudian di Asia Pasifik nilainya mencapai 74%.
Porsi penggunaan dolar AS hanya lebih kecil di Eropa yakni 23,1% saja. Maklum saja, Eropa memiliki mata uang tunggal yakni euro yang kontribusinya terhadap perdagangan ekspor impor di Eropa mencapai 66,1%.
Di sisa dunia lainnya, penggunaan dolar AS mencapai 79,1%. Belum lagi melihat porsinya di cadangan devisa global yang hampir 60%, terlihat jelas bagaimana dominasi dolar AS di dunia finansial.
Artinya, dolar AS bisa diterima di mana-mana. Hal ini membuat permintaannya selalu tinggi, apalagi dengan The Fed yang agresif menaikkan suku bunga, aliran modal tentunya masuk ke Negeri Paman Sam. (red)