Tanjungpinang (eska) – Aroma cat baru menyeruak di antara hiruk-pikuk penumpang yang hendak menyeberang ke Pulau Penyengat. Bukan di Pelabuhan Kuala Riau yang modern dan megah, melainkan di Pelantar Kuning, pelabuhan tua yang tetap menjadi primadona bagi warga.
Seakan tak terpengaruh dengan kehadiran pesaing baru, para penambang pompong di Pelantar Kuning bahu-membahu merenovasi pelabuhan yang telah menjadi ikon perjalanan menuju Pulau Penyengat.
Belasan kaleng cat dan balok kayu menjadi saksi bisu semangat mereka untuk mempertahankan eksistensi di tengah pro dan kontra relokasi ke Pelabuhan Kuala Riau.
“Kita lihat di akhir pekan lalu penumpang ramai yang datang ke Pulau Penyengat, ada sekitar 45 trip dalam sehari,” ujar Raja, salah seorang penjaga tiket pompong di Pelantar Kuning, Selasa (24/12/2024).
Ia menambahkan, renovasi dilakukan agar Pelantar Kuning tetap nyaman dan aman bagi penumpang.
“Beberapa hari ke depan atap di sini akan diganti agar lebih layak,” tambahnya.
Di sisi lain, Pelabuhan Kuala Riau yang digadang-gadang memiliki fasilitas mumpuni justru terlihat sepi. Humas BUP Provinsi Kepri, Ariandi, mengakui animo masyarakat masih biasa saja.
“Kita ada 3 penambang pompong di sini, untuk 1 tripnya bisa membawa 13 orang penumpang. Wajar kalau belum terlalu ramai. Hal terpenting adalah kita memberikan asuransi kepada penumpang jika melalui Pelabuhan Kuala Riau ini,” katanya.
Satria, salah seorang penambang pompong di Kuala Riau, mengungkapkan, pelabuhan baru ramai di akhir pekan.
“Bisa 2 hingga beberapa trip pulang dan pergi ke Pulau Penyengat. Namun, sekarang kita tidak bisa berpatokan kepada hari libur saja penumpang baru ramai, hari biasa pun sama saja, kita syukuri saja,” ujarnya.
Persaingan dan Silaturahmi
Menariknya, di tengah persaingan memperebutkan penumpang, para penambang pompong dari kedua pelabuhan tetap menjaga tali silaturahmi.
“Kita dapat informasi bahwa jika penambang pompong dari Pelantar Kuning ke Pelabuhan Kuala Riau, maka akan dikeluarkan dari organisasi. Namun saya saat ini masih tergabung di organisasi itu, semua itu yang penting tali silaturahmi tetap terjaga saja karena sama-sama cari nafkah,” ungkap Satria.
Pelantar Kuning: Ikon yang Sulit Tergantikan?
Tampaknya, fasilitas modern saja tidak cukup untuk menggeser Pelantar Kuning dari hati masyarakat. Pelabuhan tua ini bukan sekadar tempat menyeberang, tetapi juga bagian dari sejarah dan identitas Pulau Penyengat. Akankah Kuala Riau mampu merebut tahta atau Pelantar Kuning akan tetap menjadi pilihan utama? Waktu yang akan menjawab.(Bon)
Recent Comments