Jakarta (eska) – Tiket pesawat kian mahal. Hampir ke seluruh tujuan baik dalam negeri dan luar negeri harga tiket naik berkisar 30 persen hingga 40 persen.
Harga avtur sudah terbang jauh dari awal tahun, yang membuat ongkos penerbangan juga terkerek naik. Menurut Pertamina, kenaikan harga avtur ini bermula dari konflik Ukraina dan Rusia.
“Berawal dari konflik Rusia dan Ukraina yang berdampak pada ketidakseimbangan supply dan demand,” kata Direktur Pemasaran Pusat & Niaga PT Pertamina Patra Niaga Riva Siahaan, dalam Diskusi Asosiasi Pengguna Jasa Penerbangan Indonesia (APJAPI), seperti dikutip dari CNBCIndonesia.com, Selasa (19/7/2022).
Riva menjelaskan harga avtur dipengaruhi dari harga minyak mentah dunia yang melonjak tajam. Pada Quatyal 1 – 2022, harga minyak mentah masih berada kisaran US$ 60 per barel.
“Melonjak naik tajam hingga di atas US$ 100 per barel, karena konflik Ukraina dan Rusia,” sebutnya.
Hingga pada akhirnya bertahan stabil hingga posisinya saat ini di atas US$ 100 per barel, karena masih terjadi ketidakseimbangan supply dan demand.
Meski saat ini avtur juga sudah ada yang diproduksi pada kilang domestik. Hanya saja RI masih harus melakukan importasi minyak mentah, sehingga terpengaruh volatilitas harga minyak dunia dan fluktuasi nilai tukar kurs US$.
Riva juga bicara mengenai imbas pengurangan suplai gas di Rusia membuat kilang-kilang di luar negeri lebih banyak memproduksi solar. Hal ini membuat produksi avtur pun berkurang.
“Kalau kita lihat untuk middle distillate harga menguat karena demand solar naik, sehingga refinery dunia menambah produksi solar sehingga avtur ini secara suplai jadi sedikit. Ketidakseimbangan ini menjadi penyebab harga avtur ini bisa stabil di atas,” katanya.
Menurut catatan stok di Singapura untuk middle distillate atau minyak sulingan di Singapura tengah seperti solar dan avtur juga tengah berkurang, mencapai titik terendah dalam 5 tahun terakhir. Yang membuat harga juga semakin mahal. (red)