Tanjungpinang (eska) – Badan Pusat Statistik (BPS) Kepri mencatat, cabai merah kembali menjadi salah satu komoditas utama yang mendorong inflasi di Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) pada Januari 2025.
Berdasarkan data yang dilansir dari Berita Resmi Statistik (BRS) Badan Pusat Statistik (BPS) Kepri, Kamis (6/2/25), inflasi bulanan (m-to-m) di Kepri tercatat sebesar 0,43 persen, dengan cabai merah menyumbang angka tertinggi, yakni 0,43 persen.
Tak hanya itu, cabai merah juga mencatatkan kontribusi terhadap inflasi tahunan (y-on-y) sebesar 0,28 persen serta inflasi tahun kalender (y-to-d) dengan angka sebesar 0,43 persen.
Selain cabai merah, komoditas lain yang ikut berkontribusi terhadap inflasi adalah cabai rawit, daging ayam ras, serta emas perhiasan.
Meski demikian, terdapat sejumlah komoditas yang mengalami deflasi, seperti tarif listrik, angkutan udara, serta sayuran seperti bayam dan tomat.
Dari sisi wilayah, Kota Batam mencatat inflasi bulanan tertinggi sebesar 0,87 persen, sementara Kota Tanjungpinang mengalami deflasi terdalam sebesar -1,57 persen.
Untuk inflasi tahunan, Batam kembali mencatat angka tertinggi dengan 2,54 persen, disusul Kabupaten Karimun dengan 0,71 persen.
Sebaliknya, Kota Tanjungpinang mengalami deflasi sebesar -0,44 persen, menandakan adanya penurunan harga barang dan jasa dibandingkan Januari 2024.
Terpisah, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Provinsi Kepri, Aries Fhariandi menjelaskan, bahwa lonjakan harga cabai, khususnya cabai merah, terjadi akibat bencana banjir yang melanda sejumlah wilayah penghasil cabai di Pulau Jawa dan Pulau Sulawesi.
“Banjir di daerah penghasil membuat produksi cabai diperkirakan hilang antara 70 hingga 87 persen. Akibatnya, harga jual cabai di tingkat petani melonjak, yang akhirnya berdampak pada harga di pasar,” ujarnya.
Untuk mengendalikan lonjakan harga, Pemprov Kepri telah menyiapkan sejumlah langkah strategis. Salah satunya adalah mendorong BUMD dan swasta untuk bekerja sama, mendatangkan cabai dari daerah yang masih memiliki surplus dengan harga lebih terjangkau.
“Selain itu, kita juga akan memanfaatkan program subsidi distribusi dari Badan Pangan Nasional (BPN) serta menggelar operasi pasar guna menstabilkan harga di tingkat konsumen,” tuturnya.(pas)
Recent Comments